Berikut ini adalah jenis-jenis puisi menurut Waluyo (1995: 135), diantaranya:
1. Puisi Naratif, Lirik, dan Deskriptif
Klasifikasi puisi ini berdasarkan cara penyair mengungkapkan isi atau gagasan yang hendak disampaikan.
Puisi naratif mengungkapkan cerita atau penjelasan penyair. Puisi-puisi naratif, misalnya epik, romansa, balada, dan syair (berisi cerita). Puisi lirik mengungkapkan aku lirik atau gagasan pribadinya. Jenis puisi lirik misalnya elegi, ode, dan serenada. Sedangkan puisi deskriptif penyair bertindak sebagai pemberi kesan terhadap keadaan atau peristiwa, benda, atau suasana yang dipandang menarik perhatian penyair. Jenis puisi deskriptif misalnya puisi satire, kritik sosial, dan puisi-puisi impresionistik.
2. Puisi Kamar dan Puisi Auditorium
Puisi kamar adalah puisi yang cocok dibaca sendirian atau dengan satu atau dua pendengar saja di dalam kamar. Puisi auditorium adalah puisi yang cocok untuk dibaca di auditorium, di mimbar yang jumlah pendengarnya dapat ratusan orang.
3. Puisi Fisikal, Platonik, dan Metafisik
Puisi fisikal bersifat realistis artinya menggambarkan kenyataan yang ada. Yang dilukiskan adalah kenyataan dan bukan gagasan. Hal-hal yang dilihat, didengar atau dirasakan merupakan objek ciptaannya. Puisi platonik adalah puisi yang sepenuhnya berisi hal-hal yang bersifat spiritual atau kejiwaan. Puisi metafisikal adalah puisi yang bersifat filosofis dan mengajak pembaca merenungkan kehidupan dan merenungkan tuhan.
4. Puisi Subjektif dan Puisi Objektif
Puisi subjektif juga disebut puisi personal, yakni puisi yang mengungkapkan gagasan, pikiran, perasaan, dan suasana dalam diri penyair sendiri. Puisi objektif berarti puisi yang mengungkapkan hal-hal di luar diri penyair itu sendiri. Puisi objektif disebut juga puisi impersonal.
5. Puisi Konkret
Puisi konkret yakni puisi yang bersifat visual, yang dapat dihayati keindahan bentuk dari sudut penglihatan (Poems for the eye). Dalam puisi konkret ini, tanda baca dan huruf-huruf baik huruf besar maupun kecil berpotensi gambar.
6. Puisi Diafan, Gelap, dan Prismatis
Puisi diafan atau puisi polos adalah puisi yang kurang sekali menggunakan pengimajian, kata konkret, dan bahasa figuratif, sehingga puisinya mirip dengan bahasa sehari-hari. Puisi gelap adalah puisi yang terlalu banyak menggunakan majas dan sukar untuk ditafsirkan. Sedangkan dalam puisi prismatis penyair mampu menyelaraskan kemampuan menciptakan majas, verifikasi, diksi dan pengimajian sedemikian rupa sehingga pembaca tidak terlalu mudah untuk menafsirkan maknanya namun tidak terlalu gelap.
7. Puisi Parnasian dan Puisi Inspiratif
Pernasian adalah Puisi yang diciptakan dengan pertimbangan ilmu atau pengetahuan dan bukan disadari oleh inspirasi karena adanya mood dalam jiwa penyair. Sedangkan puisi inspiratif diciptakan berdasarkan mood atau passion. Penyair benar-benar masuk ke dalam suasana yang hendak dilukiskan. Suasana batin penyair benar-benar terlibat ke dalam puisi.
8. Stansa
Stansa artinya puisi yang terdiri dari 8 baris. Stansa berbeda dengan oktaf karena oktaf dapat terdiri atas 16 atau 24 baris.
9. Puisi Demonstrasi dan pamflet
Puisi demonstrasi adalah puisi yang melukiskan perasaan kelompok bukan perasaan individu. Puisi demonstrasi sering menggunakan kata-kata yang membakar semangat. Puisi pamflet juga merupakan protes sosial. Disebut puisi pamflet karena bahasanya adalah bahasa pamflet. Kata-katanya mengungkapkan rasa tidak puas kepada keadaan.
10. Alegori
Puisi yang dimaksudkan untuk memberikan nasihat tentang budi pekerti dan agama. Jenis alegori yang terkenal ialah parable yang juga disebut dongeng perumpamaan.
Sumber: Waluyo,
Herman J. 1995. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga.